Selasa, 02 Juli 2024

SIKLUS PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN TERDIFERENSIASI

Praktik inklusif yang digunakan untuk membuat konten kurikuler dapat mencakup instruksi verbal, demonstrasi, pembimbingan dukungan fisik, demonstrasi video, tutor sebaya, dan kegiatan mitra dan kelompok kecil (Tomlinson, 2001). Selain itu, tujuan dan tugas harus dihubungkan dengan tujuan pelajaran karena setiap tujuan mewakili langkah tambahan dalam kegiatan pengembangan keterampilan. Keterhubungan ini memungkinkan langkah-langkah pembelajaran yang jelas dan hasil pada berbagai tingkat keterampilan, sehingga menyederhanakan keputusan yang dibuat oleh peserta didik pada berbagai tingkat pencapaian keterampilan. Akhirnya, dan yang paling penting dari perspektif perkembangan, konten pembelajaran harus membahas konsep yang sama dengan semua peserta didik, tetapi tingkat kesulitan harus sesuai untuk pelajar individu.

Proses ini terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sehingga prosesnya terjadi dalam populasi yang beragam. Salah satu aspek penting dari proses pembelajaran melibatkan pengelompokan peserta didik untuk belajar. peserta didik dapat dikelompokkan dalam banyak cara, termasuk atas dasar kesiapan mereka untuk mempelajari keterampilan atau konten tertentu, pengetahuan mereka tentang konten, kemampuan mereka untuk melakukan tugas atau keterampilan yang ada, penggunaan pembelajaran kelompok kooperatif (di mana peserta didik bekerja bersama menuju tujuan bersama), usia dan tingkat kemampuan, bidang minat, dan tutor sebaya (Gregory &; Chapman, 2007). Selain itu, berbagai pendekatan kurikuler digunakan untuk memenuhi kebutuhan unik peserta didik yang beragam, termasuk strategi seperti pembelajaran berpangkalan (pos), kontrak pembelajaran, papan pilihan, pembelajaran berbasis masalah, dan penggabungan proyek untuk meningkatkan pembelajaran konten. Dalam membuat pilihan seperti itu, guru harus memiliki pemahaman yang jelas tentang kebutuhan perkembangan, kemampuan, minat, motivasi, dan gaya belajar masing-masing peserta didik.


Pengajaran terdiferensiasi tidak akan berhasil tanpa pra-penilaian untuk mencegah dengan tepat bagaimana dan apa yang dibutuhkan oleh seorang pelajar. Penilaian, baik formal maupun informal, juga berlangsung selama proses pengajaran terdiferensiasi, dan memungkinkan guru untuk mengidentifikasi setiap perubahan yang perlu dilakukan untuk memastikan keberhasilan dan perkembangan peserta didik yang berkelanjutan. Sepanjang proses pembelajaran berlangsung, peserta didik harus ditantang dengan tepat untuk menumbuhkan minat, motivasi, dan keterlibatan dalam pembelajaran dan pemahamannya. Penilaian peserta didik juga harus memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang berbeda, tergantung pada tingkat kemampuan, kesulitan tugas, dan performa dasar awal (Hall, Strangman, & Meyer, 2009).

Instruksi dibedakan berbasis perkembangan sangat berharga di semua pengaturan pendidikan, termasuk pendidikan jasmani. Keberhasilannya tergantung pada penggunaan strategi instruksional inklusif yang berfokus pada gaya dan kebutuhan belajar peserta didik secara individu. Cara lain untuk melihatnya adalah dengan melihat pembelajaran terdiferensiasi dalam pendidikan jasmani sebagai pendidikan jasmani yang disesuaikan untuk semua peserta didik dalam pengaturan kelas inklusif.

Pembelajaran terdiferensiasi bergantung pada beberapa faktor kunci yang sangat penting untuk keberhasilannya sebagai strategi pedagogis untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang beragam dalam pengaturan inklusif. Fokus utama adalah untuk menentukan apa yang dibutuhkan setiap pelajar dari lingkungan pendidikan agar merasa nyaman, termotivasi, dan, yang paling penting, percaya diri dan sukses. Selain itu, pembelajaran terdiferensiasi membantu guru mencapai tujuan berikut (Thousand, Villa, & Nevin, 2007):

1.Memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam

2.Memenuhi mandat hukum yang ditetapkan oleh undang-undang sistem pendidikan nasional,

3.Menantang stigma dan menghilangkan mitos yang bertahan dalam pendidikan yang berkaitan dengan populasi beragam

4.Mengikuti praktik etis dalam menerapkan standar kurikuler dalam beragam populasi

5.Meningkatkan efektivitas secara keseluruhan dalam mendidik semua peserta didik

Pembelajaran terdiferensiasi mengikuti dua pendekatan. Yang pertama dikenal sebagai retrofitting, yang merupakan pendekatan reaktif yang digunakan ketika ketidakcocokan dikenali antara konten atau kegiatan belajar dan kebutuhan belajar peserta didik individu selama pembelajaran. Yang kedua adalah Universal Design for Learning (UDL)/Rancangan Universal untuk Belajar, yang merupakan pendekatan proaktif di mana guru mengumpulkan informasi tentang beragam peserta didik sebelum pembelajaran sehingga konten, proses pembelajaran, dan produk atau hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik. Dengan demikian pendekatan UDL meminimalkan kebutuhan untuk retrofitting.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer